Belanja produk fashion original hingga kecantikan dan terlengkap di ZALORA. Dapatkan diskon hingga penawaran harga murah khusus untukmu!
Puasa sunnah Idul Adha meliputi puasa dua hari sebelum Hari Raya Idul Adha. Puasa sunnah pertama yaitu puasa hari Tarwiyah yang jatuh pada tanggal 8 Dzulhijjah. Selain puasa Tarwiyah, ada pula puasa sunnah pada tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal sebagai puasa Arafah. Bagi umat Muslim yang tidak menunaikan ibadah haji, disunnahkan untuk berpuasa pada hari ini. Hari ini merupakan momen puncak ibadah haji, dimana para jamaah haji berkumpul di padang Arafah untuk berdoa dan berzikir. Puasa Arafah dianjurkan karena Rasulullah SAW menjelaskan bahwa puasa pada hari ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil selama dua tahun. Dimana, dosa tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang.
Lalu, bagaimana bacaan niat puasa Idul Adha ini? Kalau ZALORAns ingin melaksanakan puasa Idul Adha ini, mari pelajari niat puasa Idul Adha berikut ini terlebih dahulu!
Baca juga : Penting! Catat Perlengkapan Haji yang Wajib Dibawa
Puasa Idul Adha Pertama, Puasa Dzulhijjah
Puasa Dzulhijjah merupakan salah satu bentuk ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan pada tujuh hari pertama bulan Dzulhijjah. Disebut sebagai salah satu amalan utama menjelang Hari Raya Idul Adha dan termasuk bagian dari puasa Idul Adha yang pertama.
Rasulullah SAW disebutkan secara rutin menjalankan puasa pada sembilan hari awal bulan Dzulhijjah, sebagaimana diriwayatkan dalam hadist yang disampaikan oleh Hunaidah bin Kholid dari istrinya, bahwa beberapa istri Nabi mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” (HR. Abu Daud no. 2437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Keutamaan dari puasa Dzulhijjah tidak hanya terletak pada sunnah yang diajarkan oleh Nabi SAW, tetapi juga karena amalan yang dilakukan pada hari-hari tersebut sangat dicintai oleh Allah SWT. Dalam riwayat dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).”
Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757).
Dengan demikian, puasa Dzulhijjah merupakan peluang besar bagi setiap Muslim untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin dan mendekatkan diri kepada Allah. Bagi siapa pun yang ingin mengamalkannya, bacalah niat puasa di malam hari atau sebelum fajar Untuk bacaan niat puasa sunnah ini sebagai berikut:
“Nawaitu shauma syahri Dzilhijjati sunnatan lillahi ta’ala”
Artinya: “Saya niat berpuasa sunnah di bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala.”
Baca juga : Niat Sholat Idul Adha, Bacaan dan Tata Cara Lengkap
Puasa Sebelum Berangkat Shalat Idul Adha
Salah satu bentuk ibadah yang dapat dilakukan pada Hari Raya Idul Adha adalah menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar hingga selesai melaksanakan shalat Idul Adha. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Buraidah dari ayahnya disebutkan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352.Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Oleh karena itu, kebiasaan untuk tidak makan dan minum sejak bangun tidur hingga selesai menunaikan shalat Idul Adha menjadi sunnah yang bisa diikuti umat Islam. Terlebih jika seseorang berniat untuk berkurban, maka disunnahkan baginya untuk menahan makan hingga ia bisa menikmati daging kurbannya sendiri sebagai bentuk syukur atas nikmat ibadah tersebut.
Namun perlu diingat, puasa ini tidak termasuk dalam kategori puasa harian penuh, karena berpuasa sehari penuh pada Hari Raya Idul Adha justru diharamkan. Hari Idul Adha tersebut adalah hari yang sangat Allah SWT cintai untuk umat-Nya beribadah, sebagaimana disebutkan dalam hadis dari At-Tirmidzi, “Tidak ada hari-hari yang lebih dicintai Allah untuk hamba-Nya beribadah di dalamnya selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.”
Puasa Idul Adha Hari Ke-8 (Puasa Tarwiyah)
Puasa ini dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah atau yang dikenal sebagai hari Tarwiyah, sehari sebelum hari Arafah dan dua hari sebelum Idul Adha. Melaksanakan puasa Tarwiyah memiliki nilai pahala yang sangat besar. Puasa Tarwiyah menjadi salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk meraih keberkahan bulan Dzulhijjah dan memperbanyak amal saleh menjelang Hari Raya Idul Adha.
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa ibadah ini bernilai setara dengan puasa selama setahun penuh serta menjadi perisai dari siksa api neraka. Salah satu hadist menyebutkan:
“Barang siapa berpuasa selama sepuluh hari (awal Dzulhijjah), maka setiap harinya seperti berpuasa satu bulan. Puasa pada hari Tarwiyah setara dengan puasa selama setahun, dan puasa di hari Arafah setara dengan puasa dua tahun.” (Hadits diriwayatkan oleh Ali Al-Muhairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, dan Ibnu Abbas)
Selain itu, dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa satu hari karena Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri)
Puasa Sunnah Hari Ke-9 (Puasa Arafah)
Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah yang bertepatan dengan Hari Arafah, hari istimewa ketika para jamaah haji sedang melaksanakan wukuf di Padang Arafah yang merupakan salah satu rukun utama dalam ibadah haji.
Bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, sangat dianjurkan untuk melaksanakan puasa pada hari ini. Pasalnya, puasa Arafah memiliki keutamaan yang luar biasa besar. Dalam sebuah hadis dijelaskan:
“Puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang. Sedangkan puasa Asyura (10 Muharram) menghapuskan dosa satu tahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Selain itu, keistimewaan Hari Arafah juga tercermin dari sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA:
“Tidak ada hari di mana Allah membebaskan lebih banyak hamba dari api neraka dibandingkan Hari Arafah. Pada hari itu Allah mendekat, dan dengan bangga menyebut hamba-hamba-Nya di hadapan para malaikat. Dia berfirman: ‘Apa yang diinginkan oleh hamba-Ku?’” (HR. Muslim)
Puasa sunnah Arafah menjadi momentum spiritual yang sangat berharga bagi kaum Muslimin untuk memperbanyak amal ibadah dan memohon ampunan, khususnya bagi mereka yang tidak berada di Tanah Suci.
Selain puasa Tarwiyah dan Arafah, terdapat puasa sunnah Idul Adha lainnya yang bisa kamu laksanakan. Puasa Idul Adha merupakan ibadah yang dilakukan sebelum hari raya kurban dilaksanakan. Bila dijalankan puasa sunnah ini, akan memperoleh pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!
Bacaan Niat Puasa Idul Adha
Berikut ini adalah bacaan niat puasa idul adha arab beserta latin dan terjemahan bahasa Indonesia yang bisa kamu ucapkan. Simak selengkapnya berikut ini!
1. Niat Puasa Sunnah Arafah
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa i sunnati Arofah lillaahi ta’aala”
Artinya: “Aku niat puasa sunnah Arafah besok hari karena Allah SWT.”
Namun, apabila niat puasa sunnah Arafah dibaca pada siang hari, maka bacaan niatnya sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَىنَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnati Arafah lillahi ta‘aala”
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah SWT.”
2. Niat Puasa Sunnah Tarwiyah
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghadin ‘an adaai sunnati yaumit Tarwiyyati lillaahi ta’aala”
Artinya: “Aku niat puasa sunnah Tarwiyah besok hari karena Allah SWT.”
Apabila niat puasa sunnah Tarwiyah dibaca pada siang hari, maka bacaan niatnya sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma haadzal yaumi ‘an adaa’i Tarwiyata sunnatan lillahi ta’aala”
Artinya, “Saya niat puasa sunah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’ala.”
Baca juga : Tutorial Cara Memakai Kain Ihram yang Benar
Panduan Melaksanakan Puasa Tarwiyah dan Arafah
Dalam buku Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa karya Nur Solikhin, dijelaskan panduan dalam menjalankan puasa Tarwiyah dan Arafah sebagai berikut:
- Kedua puasa ini dikerjakan di bulan Dzulhijjah, salah satu bulan istimewa dalam kalender Islam.
- Puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan pelaksanaan wukuf di Padang Arafah oleh jemaah haji.
- Puasa Tarwiyah dilaksanakan sehari sebelumnya, yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah, dikenal sebagai hari Tarwiyah.
- Melafalkan niat puasa Tarwiyah atau Arafah, baik dalam hati maupun secara lisan.
- Selama berpuasa, umat Islam wajib menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan hubungan suami istri.
- Ketika waktu berbuka tiba, disarankan untuk segera membatalkan puasa sebagai bagian dari sunnah.
Keutamaan Puasa Sunnah Idul Adha
1. Menghapus Dosa 2 Tahun
Keutamaan puasa sunnah Idul Adha yang pertama adalah dapat menghapuskan dosa-dosanya selama 2 tahun. Di mana, dosa yang dihapuskan adalah dosa 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah dilaksanakannya puasa Arafah.
Sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ
Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).
2. Pahala Dilipatgandakan
Bagi ZALORAns yang melaksanakan puasa sunnah di bulan Dzulhijjah pada tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah, maka akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Baik pahala puasa maupun pahala dari setiap kegiatan yang bernilai ibadah. Berikut hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْ الْقَدْرِ
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi).
3. Bebas dari Api Neraka
Keutamaan dari puasa Arafah adalah dibebaskan dari api neraka. Oleh karena itu, sebaiknya jika tidak berhalangan kamu bisa melaksanakan puasa sunnah di bulan Dzulhijjah ini. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
Artinya: “Tidak ada hari dimana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim).
Rekomendasi Mukena Ternyaman

Source: ZALORA
Mukena model terbaru dari kolaborasi Lozy x Hamidah ini terlihat begitu unik namun juga praktis. Atasan mukena dibuat 2in1 berbentuk hijab dan cadar. Dibagian lengan dibuat model terpisah dengan pengait jari agar nyaman dikenakan.
Baca juga : Cara Cek Estimasi Keberangkatan Haji 2024 dengan Mudah
Itulah bacaan niat puasa Idul Adha serta keutamaan melaksanakannya. Raihlah pahala dan keutamaan lainnya dalam bulan Dzulhijjah yang penuh berkah ini!
Mau cari berbagai perlengkapan shalat yang nyaman dengan harga terjangkau? Cek koleksi selengkapnya hanya di ZALORA! Dapatkan promo spesial yang menarik untukmu!

Penulis: Fitrian Nurentama




