Mengenal Ciri Batik Jogja dan Ragam Motifnya

Belanja produk fashion original hingga kecantikan dan terlengkap di ZALORA. Dapatkan diskon hingga penawaran harga murah khusus untukmu! 

Kalau ZALORAns pernah melihat batik dengan dominasi warna sogan (coklat tua) atau hitam-putih yang terkesan klasik dan penuh wibawa, bisa jadi itu adalah batik dari Yogyakarta. Dikenal dengan gaya yang anggun, berkelas, dan penuh makna filosofis, Batik Jogja bukan hanya sekedar kain bercorak indah, melainkan juga simbol budaya.

Ragam motif batik Jogja dikenal sangat khas karena di setiap garis, titik, dan pola terdapat makna. Tak heran, banyak motifnya dahulu hanya boleh dikenakan oleh kalangan bangsawan dan keraton. Namun kini, kekayaan seni batik Jogja sudah bisa dinikmati oleh siapa saja, baik dalam bentuk busana tradisional maupun fashion modern yang tetap membawa identitas budaya yang kuat.

Penasaran dengan motif-motif batik Jogja yang paling terkenal dan apa saja makna di balik keindahannya? Yuk, simak artikel ini sampai akhir untuk mengenal lebih dalam kekayaan warisan budaya yang satu ini! 

Baca juga : 9 Motif Batik yang Mudah Digambar Dan Rekomendasinya!


Motif Batik Jogja dan Maknanya

1. Motif Parang

Source: Museum Sonobudoyo

Secara visual, motif parang memiliki pola khas berbentuk seperti huruf “S” yang tersusun secara diagonal. Kata “parang” berasal dari kata pereng, yang berarti lereng, sehingga motif ini dibuat miring menyerupai lereng gunung. Yang membedakan antara motif parang Yogyakarta dan Solo adalah arah kemiringannya, dimana batik parang Yogyakarta dimulai dari kanan atas ke kiri bawah, sedangkan dari Solo sebaliknya.

Motif parang dulunya merupakan motif sakral yang hanya boleh dikenakan oleh keluarga kerajaan, seperti raja, permaisuri, dan para pangeran atau putri. Meskipun saat ini motif parang sudah umum diperjualbelikan di pasaran, penggunaannya tetap dibatasi saat mengunjungi keraton, dimana motif ini tidak diperbolehkan dikenakan oleh masyarakat umum. Beberapa contoh motifnya adalah parang barong ceplok gurdo dan parang kusumo.

2. Motif Kawung

Source: IDN Times Jogja

Motif kawung terinspirasi dari bentuk buah kawung, biasanya dikenal sebagai aren atau kolang-kaling yang memiliki bentuk bulat seperti kelapa kecil. Dalam filosofi Jawa, motif ini mencerminkan makna tentang kemurnian jiwa, kesucian, dan kesempurnaan batin.

Motif kawung dari Yogyakarta biasanya memiliki pola yang lebih besar dan tampak sederhana dibandingkan dengan versi Solo yang lebih padat. Beberapa varian dari motif kawung ini meliputi kawung beton, ceplok kawung melati, serta kawung sulur daun.

3. Motif Nitik

Source: Kumparan

Batik nitik dikenal sebagai salah satu jenis motif batik tulis tertua yang berasal dari Yogyakarta. Nama “nitik” merujuk pada proses pembuatannya yang menggunakan titik-titik kecil yang disusun rapat tanpa diseret, hingga membentuk bidang atau bentuk tertentu. Motif ini memiliki ciri khas yang terletak pada bentuk geometrisnya yang menyerupai bujur sangkar. Beberapa contoh motif nitik antara lain nitik cakar ayam, nitik nogosari, dan nitik grompol.

4. Motif Gringsing

Source: Hamzah Batik

Motif gringsing memiliki latar yang khas berupa bulatan-bulatan kecil seperti mata deruk dengan diameter sekitar setengah sentimeter, disusun rapi menyerupai sarang lebah. Nama “gringsing” sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti “tidak sakit” atau “sehat”, sehingga motif ini sering dikaitkan dengan harapan akan kesehatan dan keselamatan.

Biasanya gringsing digunakan sebagai latar dan dikombinasikan dengan pola besar seperti ceplok, bunga, kupu-kupu, hingga dedaunan. Contoh motif yang populer adalah gringsing ceplok mangkoro, gringsing terbuka ceplok bintang, dan gringsing tertutup lung kembang.

5. Motif Semen

Source: Pinterest

Motif semen diambil dari kata semian yang berarti tumbuh atau bersemi. Motif ini melambangkan kehidupan yang berkembang, kesejahteraan, dan kemakmuran. Elemen-elemen dalam motif ini sering kali menggambarkan unsur alam, baik darat, air, dan udara, seperti hewan darat, burung, awan, ikan, ular, hingga katak. Jenis motif semen yang terkenal di kalangan batik Yogyakarta mencakup sidoluhur, sidomukti, sidoasih, dan sidomulyo.

6. Motif Lereng

Source: Detik

Motif lereng memiliki kemiripan dengan motif parang karena sama-sama disusun secara diagonal. Namun, motif lereng tidak menggunakan ornamen pemisah (mlinjon) yang ada pada parang. Polanya terdiri dari garis-garis diagonal kecil yang disusun rapat dan biasanya diisi dengan motif-motif kecil lainnya. Salah satu contoh paling terkenal adalah motif udan liris yang menggambarkan hujan rintik-rintik.

7. Motif Truntum

Source: Hamzah Batik

Motif terakhir adalah truntum yang berasal dari kata “tum-tum” yang berarti tumbuh kembali. Motif ini berbentuk seperti kuntum bunga kecil yang tersebar merata dan biasanya digunakan pada kain jarik untuk menggendong bayi. Secara filosofis, motif truntum menggambarkan kasih sayang yang tumbuh dan mendalam, baik antara orang tua dan anak, pasangan, maupun antara manusia dan Sang Pencipta. Beberapa contoh motif truntum antara lain truntum pari, truntum garuda, dan truntum babon angrem.

Baca juga : 6 Model Baju Batik Kerja Wanita Berhijab

Ciri Khas Batik Jogja

1. Dominasi Warna Dasar Putih

Salah satu ciri yang paling menonjol dari batik Yogyakarta adalah pemilihan warna dasar kainnya. Batik asal Jogja cenderung menggunakan warna putih bersih sebagai latar utama. Hal ini membedakannya dari batik Solo yang lebih banyak menggunakan warna dasar sogan, yaitu cokelat tua yang hangat dan kalem. Sementara batik dari daerah pesisir biasanya menggunakan warna-warna cerah.

2. Menggunakan Pola Geometris Berukuran Besar

Batik Yogyakarta menampilkan pola-pola geometris yang besar dan kuat. Motif-motif seperti kawung, parang, dan nitik dalam versi Yogyakarta biasanya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan versi Solo yang lebih detail dan halus.

3. Desain Motif yang Lebih Simple

Selain pola besar, batik Yogyakarta juga memiliki ciri khas pada kesederhanaan motifnya. Motif-motif batik dari daerah ini umumnya tidak terlalu rumit atau penuh detail, melainkan tampil dengan bentuk-bentuk yang besar, gemuk, dan tidak banyak ornamen tambahan. Sebagai contoh, motif kawung khas Yogyakarta memiliki bentuk bulat besar dan sederhana, sementara versi Solo dari motif yang sama cenderung lebih kecil dan kompleks.

Rekomendasi Pakaian Batik

1. Kawung Rasma Hem Batik Cap

Source: ZALORA

2. Suanggi Kawung Jambon Blouse

Source: ZALORA

3. Juniper Parang Sogan Batik Blouse

Source: ZALORA

4. Kawung Kemeja Batik Exclusive Premium

Source: ZALORA

Baca juga : Rekomendasi Kemeja Batik Pria Mewah dan Elegan

Nah, itulah ciri khas dan jenis motif batik Jogja yang perlu kamu ketahui dan harus dilestarikan.

Mau cari berbagai kebaya dan baju batik cantik yang berkualitas dengan harga terjangkau? Cek koleksi selengkapnya hanya di ZALORA! Dapatkan promo spesial yang menarik untukmu!

Penulis: Fitrian Nurentama