Prosedur Facelift Wajah dan Risikonya

Belanja produk fashion original hingga kecantikan dan terlengkap di ZALORA. Dapatkan diskon hingga penawaran harga murah khusus untukmu! 

Seiring bertambahnya usia, wajar kalau kulit wajah mulai kehilangan elastisitasnya. Garis-garis halus, kerutan, hingga kulit yang mengendur di area pipi, rahang, dan leher bisa muncul dan membuat wajah terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Hal ini sering kali memengaruhi rasa percaya diri, terutama bagi ZALORAns yang ingin tetap tampil segar dan bugar. Salah satu solusi yang banyak dipilih untuk mengatasi tanda-tanda penuaan ini adalah facelift wajah.

Facelift atau dalam dunia medis dikenal dengan istilah rhytidectomy merupakan prosedur yang bertujuan untuk mengencangkan dan meremajakan kulit wajah. Dengan teknik ini, kulit yang mengendur akan diangkat, otot-otot wajah diperbaiki, dan kelebihan kulit yang membuat wajah tampak lelah akan dihilangkan. Sehingga, kontur wajah terlihat lebih tegas, kerutan berkurang, dan wajah tampak lebih muda.

Menariknya, seiring perkembangan teknologi medis, prosedur facelift kini bisa dilakukan dengan metode yang semakin canggih dan minim risiko, sehingga hasilnya tampak natural dan masa pemulihannya lebih cepat. Facelift juga tidak hanya dilakukan di area wajah saja, tetapi bisa mencakup bagian leher untuk mengatasi double chin atau kulit leher yang mengendur.

Kalau ZALORAns ingin tahu lebih dalam tentang prosedur dan risiko facelift wajah, yuk baca artikel ini sampai habis!

Baca juga : Prosedur Tanam Benang, Manfaat serta Risiko

Tahapan Prosedur Facelift Wajah

1. Konsultasi Dokter 

Sebelum menjalani prosedur facelift, pasien wajib melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis bedah plastik. Dalam sesi konsultasi ini, pasien akan diminta untuk mengungkapkan keinginan mereka terkait perubahan wajah yang diharapkan, baik dari segi bentuk, kekencangan, maupun detail spesifik lainnya. 

Dokter kemudian akan mengevaluasi riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh, termasuk jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi, riwayat penyakit, serta apakah pasien pernah menjalani prosedur bedah sebelumnya. Hal ini penting untuk memastikan keamanan dan kesiapan tubuh pasien sebelum tindakan dilakukan.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah konsultasi awal, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik terhadap kondisi kulit wajah dan leher pasien. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai elastisitas kulit, ketebalan jaringan lemak, keberadaan bekas luka, potensi ketidakseimbangan (asimetris) pada struktur wajah. Serta, mencari tahu kondisi kulit lain yang bisa mempengaruhi hasil facelift. Pemeriksaan ini sangat menentukan teknik operasi apa yang paling sesuai untuk kebutuhan masing-masing pasien.

3. Prosedur Facelift

Setelah semua persiapan dilakukan dan pasien dinyatakan siap, maka prosedur facelift akan dimulai. Proses ini diawali dengan pemberian anestesi. Setelah efek anestesi bekerja, dokter akan membuat sayatan kecil. Biasanya, sayatan dimulai dari garis rambut di bagian pelipis, melingkari area depan telinga, dan berakhir di bagian bawah kulit kepala belakang, sehingga bekas sayatan dapat tersembunyi dengan baik.

Melalui sayatan tersebut, dokter akan memisahkan kulit dari jaringan otot dan lapisan lemak di bawahnya. Kemudian, jaringan otot dan ikat yang mengalami pelonggaran akan dikencangkan kembali. Setelah itu, kulit wajah akan ditarik ke arah belakang untuk menciptakan tampilan yang lebih kencang. Kelebihan kulit yang tidak diperlukan akan dibuang, lalu kulit yang tersisa akan dijahit di sepanjang garis sayatan.

4. Proses Penyembuhan 

Setelah semua tahap selesai, area wajah yang dioperasi akan dibalut menggunakan perban khusus untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi risiko pembengkakan. Secara umum, durasi prosedur facelift berlangsung antara 3 hingga 6 jam, tergantung kondisi pasien.

Dokter akan melepas perban dalam beberapa hari pertama pascaoperasi. Kemudian, selama dua hingga tiga minggu berikutnya, pasien biasanya dijadwalkan untuk melakukan beberapa kali kunjungan kontrol ke dokter. Pada tahap ini, biasanya pasien mengalami memar dan pembengkakan di area wajah yang dioperasi. Dalam masa pemulihan ini, dokter juga biasanya akan mulai melepas jahitan secara bertahap, tergantung pada kondisi luka dan progres penyembuhan pasien.

Perlu dipahami bahwa proses pemulihan setelah facelift tidak sama untuk setiap orang. Ada pasien yang sembuh lebih cepat, sementara yang lain mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk melihat hasil akhir yang maksimal. Faktor seperti usia, kondisi kulit, gaya hidup, serta seberapa besar tindakan yang dilakukan turut memengaruhi kecepatan pemulihan.

Baca juga : Manfaat Hifu Treatment, dan Hasil Perawatan Kulit Wajah

Risiko Facelift Wajah

Meskipun prosedur facelift dapat memberikan hasil yang memuaskan dalam memperbaiki tampilan wajah, tetap ada sejumlah risiko yang perlu dipahami sebelum memutuskan untuk menjalani operasi ini. Beberapa risiko tersebut meliputi:

1. Perdarahan

Setelah tindakan facelift, ada kemungkinan terjadinya perdarahan di bawah kulit. Jika terjadi dalam jumlah besar, kondisi ini mungkin memerlukan tindakan medis tambahan untuk mengatasinya.

2. Memar dan Bengkak

Memar dan pembengkakan di area wajah merupakan efek samping umum setelah facelift. Biasanya kondisi ini akan membaik seiring waktu, namun bisa memerlukan beberapa minggu hingga benar-benar menghilang.

3. Komplikasi Akibat Obat Bius

Seperti prosedur operasi lainnya, penggunaan anestesi juga membawa risiko, termasuk reaksi alergi, gangguan pernapasan, atau efek samping lainnya, meskipun kejadian ini relatif jarang.

4. Kerusakan Saraf Wajah

Salah satu risiko facelift adalah terjadinya cedera pada saraf wajah yang mengontrol gerakan otot. Ini bisa menyebabkan kelemahan otot atau perubahan ekspresi wajah. Namun, dalam banyak kasus, kondisi ini bersifat sementara dan dapat pulih seiring waktu.

5. Hematoma

Hematoma adalah penumpukan darah di bawah kulit yang dapat menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri. Kondisi ini biasanya memerlukan intervensi bedah untuk mengatasinya.

6. Infeksi

Walaupun jarang terjadi, infeksi di area operasi tetap menjadi salah satu risiko yang perlu diwaspadai. Infeksi biasanya memerlukan perawatan tambahan dengan antibiotik atau tindakan medis lain.

7. Mati Rasa

Setelah operasi, sebagian pasien mungkin mengalami mati rasa di area wajah. Ini biasanya merupakan efek sementara yang akan membaik dalam beberapa hari hingga minggu setelah prosedur.

8. Nekrosis Kulit

Dalam kasus yang sangat jarang, suplai darah ke area tertentu pada kulit bisa terganggu, menyebabkan kematian jaringan kulit (nekrosis). Kondisi ini memerlukan perawatan lanjutan untuk memperbaiki jaringan yang terdampak.

9. Bekas Luka yang Melebar atau Menebal

Pada beberapa pasien, bekas sayatan bisa tampak lebih lebar atau menonjol dari yang diharapkan. Meskipun bekas luka biasanya tersembunyi di garis rambut atau sekitar telinga, ada kemungkinan memerlukan tindakan tambahan untuk memperbaiki tampilan bekas luka tersebut.

Baca juga : Rekomendasi Skincare Lokal untuk Mengecilkan Pori-Pori

Nah, itulah prosedur dan beberapa risiko melakukan facelift wajah yang perlu kamu ketahui! Dengan memahami risiko melakukan facelift di atas, ZALORAns bisa membuat keputusan yang lebih bijak dan mempersiapkan diri dengan lebih matang sebelum menjalani facelift.

Mau cari berbagai produk skincare terlengkap dengan harga terjangkau? Cek koleksi selengkapnya hanya di ZALORA! Dapatkan promo spesial yang menarik untukmu!

Penulis: Fitrian Nurentama